KARYA TULIS WISATA BUDAYA

ABSTRAKSI

Museum Manusia Purba Sangiran adalah aalah satu objek wisata menarik di Kabupaten Sragen yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).
Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh, serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo.
     Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
            Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa).
Fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya.


















BAB I  
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Penelitian
Kami melakukan wisata budaya ini pada hari Sabtu, 20 Oktober 2014, yang diselenggarakan oleh SMA N 1 NGRAMBE. Kegiatan widya wisata ini dilakukan dengan mengunjungi sebuah situs purbakala yang berada di daerah Sangiran, kabupaten Sragen. Situs tersebut dikenal dengan nama Situs Sangiran.
Situs Sangiran ini berhasil membuat para arkeolog menemukan begitu banyak temuan purbakala yang mengisi ruang-ruang dalam museum Sangiran. Ketertarikan penulis dengan hasil kerja para peneliti itulah yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini. Atas dasar itulah penulis ingin mengungkap hal tersebut melalui karya tulis ini.
Museum Sangiran terletak diatas timbunan lahar gunung Lawu yang meletus sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.
1.2  Maksud dan Tujuan Kegiatan
Maksud dan tujuan kami melakukan wisata budaya ke museum purbakala Sangiran yaitu:
      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kami tentang Museum Purbakala Sangiran yang berada di Kabupaten Sragen.
      Untuk memenuhi tugas Study Lapangan.
      Mengetahui ruangan-ruangan yang terdapat pada Museum Sangiran.
      Untuk mengetahui sejarah situs Sangiran hingga dapat terkenal dikalangan situs-situs
      Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang telah ditemukan di Situs Sangiran
1.3  Ruang Lingkup Isi Laporan
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah wisata budaya, dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2014 di Museum Purbakala Sangiran.
Data yang kami peroleh:
      Sejarah Museum Sangiran
      Pembahasan
      Koleksi Museum Sangiran
1.      Fosil Manusia
Ø  Australopithecus Africanus
Ø  Pithecanthropus Modjokertensis
Ø  Tengkorak Pithecanthropus Erectus II
Ø  Tengkorak Pithecanthropus VIII
Ø  Tengkorak Pithecanthropus Soloensis
Ø  Homo Sapien
Ø  Homo Neanderthal Eropa
Ø  Homo Neanderthal Asia
2.      Fosil binatang bertulang belakang
Ø  Tengkorak Kerbau (Bubalus Palaeokerabau)
Ø  Gajah Purba (Stegodon Trigonocephalus)
3.      Fosil binatang air
Ø  Tengkorak Buaya (Crocodilus Sp.)
Ø  Kura-Kura (Chelonia Sp.)
Ø  Rahang dan Sirip Belakang Ikan
Ø  Gigi Ikan Hiu
Ø  Ruas Tulang Belakang Ikan
Ø  Sirip Ikan Bagian Depan
Ø  Kepiting
4.      Batu-batuan
Ø  Batu Rijang
Ø  Batu Meteor
Ø  Batu Kalsedon
Ø  Batu Konkresi
Ø  Batu Cetakan
Ø  Batu Koral
Ø  Batu Diatome
Ø  Batu Gamping Moluska
Ø  Batu Gamping Foraminifera
Ø  Endapan Mud Vulcano
5.      Serut dan gurdi
Ø  Kapak Persegi
Ø  Bola Batu
Ø  Kapak Perimbas-Penetak.



BAB II.           ISI LAPORAN
2.1 Jenis Kegiatan
            Jenis kegiatan yang kami lakukan adalah wisata budaya. Maksudnya yaitu, kami melakukan kunjungan dan pengamatan ke Museum Purbakala Sangiran yang merupakan museum purbakala terlengkap di Jawa.
2.2 Tempat dan Waktu
            Kami melakukan kegiatan di Museum Purbakala Sangiran yang berada di kabupaten Sragen, kira-kira 18 km dari kota Solo.
            Kegiatan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 20 Oktober 2014
2.3 Pelaksanaan Kegiatan
            Kami melaksanakan kegiatan pada hari Sabtu, tanggal 20 Oktober 2012 tersebut denga urutan sebagai berikut:
·         Pukul 06.30 WIB bersiap-siap di SMK N 1 (STM Pembangunan) Temanggung
·         Kemudian dilanjut dengan pengarahan pengarahan dari guru pembimbing
·         Pukul 07.30 WIB berangkat dari SMA N 1 NGARAMBE menuju Museum Purbakala Sangiran
·         Pukul 10.30 WIB sampai di Museum Purbakala Sangiran
·         Pukul 10.30 – 13.00 WIB melakukan pengamatan di museum Sangiran
·         Pukul 13.00 WIB dilanjutkan ke rumah makan taman sari untuk makan siang dan melaksanakan sholat
·         Pukul 15.00 WIB perjalanan dilanjutkan ke PGS (Pusat Grosir Solo)
·         Pukul 17.00 WIB pulang dari Solo
·         Pukul 19.00 WIB membeli oleh-oleh disalah satu pusat oleh-oleh yang berada di Yogyakarta
·         Pukul 23.00 WIB sampai di SMA N 1 NGRAMBE
2.4 Kesulitan dan Hambatan
Dalam proses wisata budaya dan pembuatan laporan ini, kami mendapati beberapa kesulitan dan hambatan, diantaranya:
Ø  Saat wisata budaya, pemandu tidak menggunakan pengeras suara sehingga kami juga kurang memahami apa yang dijelaskan oleh pemandu.
Ø  Pemandu terlalu cepat saat menjelaskan sehingga kami kurang dapat menangkap apa yang dijelaskan oleh pemandu.
Ø  Kai tidak diberi buku panduan informasi tentang Museum Sangiran sehingga kami perlu mencari di internet data-data yang kami butuhkan. 
2.5 Hasil Kegiatan
Sejarah Museum Sangiran
Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan GHR. Von Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934. Temuan alat-alat serpih yang kemudian terkenal dengan istilah “Sangiran Flakes-industry” tersebut diperkirakan berasal dari lapisan (seri) Kabuh Atas yang berusia Plestosen Tengah. Namun hasil pertanggalan tersebut banyak dikritik oleh para ahli karena temuan tersebut dihubungkan dengan konteks Fauna Trinil yang tidak autochton atau bukan dari hasil pengendapan primer.
Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik dan berkelanjutan ketika pada tahun 1936 ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula) manusia purba Homo erectus yang kemudian disusul oleh temuan fosil-fosil lainnya.
Setelah masa pasca Koenigswald atau pada sekitar tahun 1960-an, penelitian terhadap fosil-fosil hominid dan paleotologis di situs ini kemudian diambil-alih oleh para peneliti dari Indonesia, antara lain T. Jacob dan S. Sartono, serta terus berkelanjutan sampai sekarang. Penelitian yang sangat spektakuler terjadi ketika Puslit Arkenas melakukan kerjasama penelitian dengan Museum National d‘Histoire Naturelle (MNHN), Perancis, melalui ekskavasi besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989 – 1993) di bukit Ngebung yang menghasilkan sejumlah temuan secara insitu dan pertanggalan absolut yang sangat menarik.
Penelitian Situs Sangiran semakin berkembang pesat dalam dekade lima tahun belakangan ini setelah Balar Yogya ikut berpartisipasi langsung dan melakukan program-program penelitian secara intensif dan terpadu.
Geo-Stratigrafi dan Pertanggalan Manusia Purba Homo Erectus Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di Indonesia dan cukup terkemuka di dunia. Keberadaan situs ini secara resmi telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia sejak bulan Desember 1996.
Dari sekitar 100 individu temuan fragmen fosil manusia purba yang didapatkan di Indonesia, hampir 65%-nya berasal dari Situs Sangiran dan mencakup sekitar 50 % dari populasi taxon Homo erectus di dunia. Pada umumnya fosil-fosil tersebut ditemukan secara kebetulan (temuan penduduk) dan dalam bentuk fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan femur. Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi utama di Pulau Jawa; yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong dan Sambungmacan (Jawa Tengah) serta di daerah Trinil dan Perning (Jawa Timur).
Berdasarkan bentuk fisik dan lingkungan endapan asalnya, secara umum temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia dikategorikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu kelompok Pithecanthropus Arkaik yang berasal dari Formasi Pucangan (Plestosen Bawah) yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7-0,7 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah Meganthropus Palaeojavanicus dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Kelompok kedua adalah jenis Pithecanthropus Klasik yang berasal dari Formasi Kabuh (Plestosen Tengah) yang mempunyai usia sekitar 800.000-400.000 tahun. Jenis kelompok ini (Homo Erectus) yang paling banyak ditemukan di Sangiran. Kelompok yang ketiga adalah Pithecanthropus Progresif yang berasal dari Formasi Notopuro (Plestosen Atas) dan mempunyai umur antara 400.000-100.000 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah temuan Homo Soloensis dari Ngandong dan Trinil.

Pembahasan
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).  Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.








Pintu Gapura menuju Museum Sangiran
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus (“Manusia Jawa”). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut. Di museum Sangiran dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu. Fosil-fosil yang diketemukan di kawasan Sangiran merupakan 50 % dari temuan fosil di Dunia dan merupakan 65 % dari temuan di Indonesia.
Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas Sangiran.
Termasuk dalam koleksi Museum Sangiran, adalah:
1.      Fosil manusia, antara lain: Australopithecus africanus , Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus , Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens.
a.       Australopithecus Africanus (Copy)
Tanggal Penemuan           : Tahun 1937
Nama Penemu                  : R. Brom
Lokasi Penemuan             : Sterfonteine, Afrika Selatan
Umur/ Stratigrafi              : diperkirakan 2,5 juta tahun

b.       Pithecanthropus Modjokertensis (Copy)
Tanggal Penemuan            : Tahun 1936  
Nama Penemu                   : Tjikro Handojo
Lokasi Penemuan              : Perning, Mojokerto, Jawa Timur
Umur/ Stratigrafi               : diperkirakan 1,9 juta tahun
c.        Tengkorak Pithecanthropus Erectus II (Copy)
Tanggal Penemuan            : Tahun 1937
Nama Penemu                   : GHR. Von Koeningswald
Lokasi Penemuan              : Dukuh Bapang, Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
Umur/ Stratigrafi               : -
d.       Tengkorak Pithecanthropus VIII (Sangiran 17)
Fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap hingga saat ini yang pernah ditemukan di Indonesia. Terdiri dari tempurung, kepala, bagian muka, dan rahang atas dengan gigi prageraham (premolar 4), taring (canine) kiri, serta geraham (molar 1-3) kanan.
Fosil ditemukan di sebelah selatan kali Pucung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar. Secara geologis fosil ini diperkirakan berumur 700.000 tahun yang lalu. (Copy dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung).
e.        Tengkorak Pithecanthropus Soloensis
Tanggal Penemuan            : Tahun 1932
Nama Penemu                   : Oppenoorth
Lokasi Penemuan              : Ngandong, Kab. Blora, Jawa Tengah
Umur/ Stratigrafi               : diperkirakan 400.000 tahun
f.       Homo Sapien
Lokasi Penemuan              : Dk. Ngrejeng, Ds. Somomoro dukuh, Plupuh, Sragen
Umur/ Stratigrafi               : diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu
g.      Homo Neanderthal Eropa
h.       Homo Neanderthal Asia
i.        Homo Sapiens-Sapiens

2.      Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
a.       Tengkorak Kerbau (Bubalus Palaeokerabau)
Tanggal Penemuan        : 20 Nopember 1992
Nama Penemu              : Tardi
Lokasi Penemuan         : Dk. Tanjung, Dayu, Gondangrejo, Karanganyar
Umur/ Stratigrafi           : Pada Formasi Kabuh
b.      Gajah Purba
Gajah Purba yang pernah hidup di daerah Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Spesies Stegodon Trigonocephalus merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di situs Sangiran. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi Pucangan Atas dan Kabuh dan hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu.
                     Stegodon trigonocephalus
3.      Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.
a. Tengkorak Buaya (Crocodilus Sp.)
Tanggal Penemuan      : 17 Desember 1994
Nama P;enemu            : Sunardi
Loasi Penemuan          : Dk.Blimbing, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Startigrafi         : Formasi Pucangan
b. Kura-Kura (Chelonia Sp.)
Tnaggal Penemuan      : 1 Pebruari 1990
Nama Penemu             : Hari Purnomo
Lokasi Penemuan        : Dk. Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Klaijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi         : Formasi Pucangan
c. Rahang dan Sirip Belakang Ikan
Tanggal Penemuan      : 20 Nopember 1975
Nama Penemu             : Suwarno
Lokasi Penemuan        : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi         : Formasi Pucangan
d. Gigi Ikan Hiu
Tanggal Penemuan      : 6 April 1977
Nama Penemu             : Sutarjo
Lokasi Penemuan        : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi         : Formasi Pucangan

e. Ruas Tulang Belakang Ikan
Tanggal Penemuan      : 20 Nopember 1975
Nama Penemu             : Suwarno
Lokasi Penemuan        : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi         : Formasi Pucangan
f. Sirip Ikan Bagian Depan
Tanggal Penemuan      : 4 Januari 1991
Nama Penemu             : Purnomo
Lokasi Penemuan        : Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Umur/ Stratigrafi         : Formasi Pucangan
g. Kepiting
Tanggal Penemuan      : 6 April 1976
Nama Penemu             : Mitro
Lokasi Penemuan        : Dari Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi         : Formasi Pucangan
4.      Batu-batuan, antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis , Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah.
a.      Batu Rijang. Banyak ditemukan di sekitar titik trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat serpih.
b.      Batu Meteor. Ditemukan antara lain di dea Krikilan, Rejosari, dan lain-lain.
c.       Batu Kalsedon. Banyak ditemukan di sekitar titik/ patok trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat.
d.      Batu Konkresi. Ditemukan dari desa Pablengan.
e.       Batu Cetakan (Steinkern). Ditemukan di dukuh Pondok, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Jenis batuan ini terjadi karena masuknya material batuan kedalam cangkang. Kemudian cangkang tersebut terawetkan, setelah material berubah menjadi fosil, maka cangkang aslinya hancur.
f.       Batu Koral. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibang, kala Meosin. Jenis batuan ini ditemukan di dukuh Sangiran, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen.
g.      Batu Diatome. Diatome adalah plankton laut yang berlapis-lapis yang telah mongering dan mengeras. Jenis batuan ini merupakan salah satu cirri dari endapan dari Formasi Pucangan pada kalaPleistosin Bawah. Sampel batuan diambil dari dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sangiran.
h.      Batu Gamping Moluska. Merupakan endapan moluska yang tersementasi oleh batu kapur. Temuan dari situs Sangiran.
i.        Batu Gamping Foraminifera. Temuan dari dukuh Ngempon, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibeng.
j.        Endapan Mud Vulcano. Ditemukan di desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Mud Vulcano adalah batuan erupsi dari dalam bumi yang muncul ke permukaan bumi sambil membawa zat-zat dari dalam bumi. Dari penelitian diketahui bahwa material; mud volcano di situs Sangiran berasal dari Jerman tersier sekitar 65 s.d 5 juta tahun yang lalu.
5.      Serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.
Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.


2.6 Kesimpulan dan Saran
Museum Sangiran terletak di desa Krikilan, Kec. Kalijambe (40 km dari Sragen atau 17 km dari Solo). Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan GHR. Von Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934.
Di museum Sangiran terdapat beberapa ruang pamer dengan penemuan- penemuannya, diantaranya:
a.      Ruang Pamer 1
Vitrin
Nama Koleksi
Penemu dan Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1
Bola Ratu
Formasi Notopuro
2
·         Rahang atas babi
·         Rahang bawah babi
·         Taring babi
Sutanto,
25 Pebruari 1976
Formasi Pucangan di Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen
3
Rahang bawah badak
Gudel,
29 Januari 1976
Formasi Pucangan, di Ngampon, Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
4
Tengkorak banteng (Bibos palaeosondaicus)
Lasimin,
30 Oktober 1996
Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Brangkal, Gemolong, Sragen
5
·         Tulang kaki depan (Radius) gajah
·         Tulang hasta (Ulna) gajah
Mul Tukimin,
25 Desember 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
6
Rahang atas gajah
Mul Tukimin,
25 Desember 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
7
Tulang pinggul (Pelvis) gajah
Giyono,
7 Januari 1994
Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
8
Rahang bawah gajah
Slamet,
12 Januari 1989
Formasi Kabuh, di Dk. Toho, Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
9
Tulang jari gajah
Mul Tukimin,
25 Desember 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
10
·         Rahang atas (Maxilla) rusa
·         Tanduk rusa
Sugiyo,
10 Nopember 1999
Warsito,
10 Nopember 1999
Formasi Pucangan, di Ds. Ngebung dan Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
11
Tengkorak banteng
Lasimin, Sukidi, Sugiman
30 Oktober 1996
Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Ds. Brankal, Gemolong, Sragen

b.      Ruang Pamer 2
Vitrin
Nama Koleksi
Penemu dan Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1
Rahang bawah kuda nil (Hippopotamus)
Sukar,
26 Pebruari 1976
Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran,
2
Kura-kura (Chelonia)
Sanyoto,
8 Desember 1994
Formasi Pucangan, di Dk. Cengklik, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
3
Rahang atas dan gigi buaya
Warsito,
4 Januari 1993
Formasi Pucangan, di Ds. Krikilan, Klaijambe, Sragen
4
Kepiting, Tulang ikan, Gigi hiu
Formasi Pucangan
5
Koral/ Batu karang dan Diatome
6
Marginellidae, Buccinidae, Canideae
7
Tridacna maxima, Pugillina cochlidium, Placuna ephippum pernoviridis
8
Metraviolacea, Veneridae
9
Tonnidalium, Valutidae, Cymbiola
Suwarno,
4 Maret 1976
Formasi Kalibeng, di Kali Puren
10
Turritella, Cantharus melanasioum
Sutanto,
14 Maret 1976
Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran, Kalijambe, Sragen
11
Pleuraploca trapezium
Pugilina cochlidium
Setro,
16 April 1975
Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran
12
Fosil kayu

Saran:
Karya tulis ini tentu masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu kami selaku penulis memohon kritik dan saran agar dalam pembuatan laporan yang akan datang bisa lebih baik.

Sumber: 
1. Melakukan observasi di tempat
2. mencari data dari internet, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu


Komentar

Postingan Populer